Di pagi buta, seorang gadis telah terbangun. Sibuk melipat selimut kumalnya. Senyuman tipis tersemat di bibir mungilnya tatkala melihat adik kecilnya masih setia meringkuk dibalik selimutnya.767Please respect copyright.PENANARXOsKbQ9wJ
767Please respect copyright.PENANAx6jsqFAmLG
"Dika, bangun." Ditepuknya pelan tubuh adiknya. Namun hanya erangan saja yang terdengar. Adiknya tampaknya masih terbuai ke alam mimpi.767Please respect copyright.PENANAO4UzffqpEM
767Please respect copyright.PENANAHdV5HtrpEW
"Dika bangun. Sholat subuh." Tak menyerah, gadis bermata cokelat itu menepuk bahu adiknya. Namun kali ini tepukannya lebih keras.767Please respect copyright.PENANAiv4IqmeWAQ
767Please respect copyright.PENANAmqEH95M9VC
"Iya, Kak... Iya..." Setengah sadar adiknya berucap demikian.767Please respect copyright.PENANANl2SLkYwUL
767Please respect copyright.PENANAeOlmUk18NS
Merasa adiknya belum mau terbangun dari tidurnya, gadis itu memutuskan untuk melakukan cara jitunya. Dibisikinya pelan adiknya itu, namun caranya itu ternyata ampuh. Adiknya sontak terbangun.767Please respect copyright.PENANAqOrCukeWmz
767Please respect copyright.PENANABEQ1gNSDCx
Mata anak lelaki itu masih setengah terpejam, namun gadis itu hendak beranjak pergi untuk menyucikan diri.767Please respect copyright.PENANAZBrhquKhA2
767Please respect copyright.PENANAJZ9kETQiaD
"Buruan kamu wudhu, Ka."767Please respect copyright.PENANAZL8fwLhT5t
767Please respect copyright.PENANAXHTFODcTIs
Begitulah kalimat gadis itu sebelum melengos pergi. Melewati daun pintu dari kayu lapuk. Hendak ke sumur belakang rumah.767Please respect copyright.PENANASKJUhB9NZF
767Please respect copyright.PENANAFobX2sZp4h
Adiknya disana bersungut-sungut. Sedikit sebal kakaknya telah memecahkan mimpinya. Padahal ia baru saja menang pertarungan kelereng raksasa. Hadiah sudah di depan mata, pupus karena kakaknya.767Please respect copyright.PENANA00WC3AyBkb
767Please respect copyright.PENANA7rFVv4FRVb
Kakaknya itu selalu tahu cara membangunkannya. Apa lagi bisikannya tadi?767Please respect copyright.PENANA4mMXKRda4A
767Please respect copyright.PENANATw65TBAlbk
'Nenek Parende suka anak-anak yang malas bangun, Dika.'767Please respect copyright.PENANA2rcIaW7bRP
767Please respect copyright.PENANAQuHRRaL0Mf
Bergidik ia mengingat kalimat kakaknya itu. Tak mau berlama-lama sendirian di kamar mereka, anak lelaki itu segera menuju tempat kakaknya berada.767Please respect copyright.PENANA1VvehPzkt9
767Please respect copyright.PENANAS3BK1QZQi6
767Please respect copyright.PENANAEPNB0CEd15
🍑🍑🍑767Please respect copyright.PENANAbuyMLqFej6
767Please respect copyright.PENANAEg1qQAHSWU
767Please respect copyright.PENANAjBzwcAtVf1
Gadis berjilbab putih lusuh itu meraih tas kantong kreseknya. Memeriksa apa ada sesuatu yang lupa dibawanya. Ia memang sudah menyiapkan peralatan sekolahnya sejak semalam. Namun tak ada salahnya melihatnya lagi.767Please respect copyright.PENANArdRlEQIP8i
767Please respect copyright.PENANAnsvWrt1bnL
"Matematika. Ada."767Please respect copyright.PENANALtkqeEq5Rp
767Please respect copyright.PENANAQgmUQFc685
"IPA. Ada."767Please respect copyright.PENANAoFj6C8zNag
767Please respect copyright.PENANA2ypBCH2zIN
"Bahasa Indonesia. Ada."767Please respect copyright.PENANAeyZJp2p77s
767Please respect copyright.PENANAcX08UnCS7l
"Oke, aku bawa semuanya." Gadis itu tersenyum cerah. Kemudian ia menoleh kepada adik lelakinya yang sedari tadi sibuk menunduk. Entah apalagi yang terjadi padanya.767Please respect copyright.PENANARPW0LbE85d
767Please respect copyright.PENANAWgMfET4Xfp
"Kamu kenapa, Ka?" Tanyanya penasaran. Namun tak ada suara dari adiknya itu.767Please respect copyright.PENANA9MvIQAtMzu
767Please respect copyright.PENANAuLSS1C0sK0
"Dika? Buruan, kita harus ke sekolah." Ujar gadis itu sedikit tak sabaran.767Please respect copyright.PENANAZldBDbg0jv
767Please respect copyright.PENANA7xnpsydU9j
Walaupun hari masih gelap, namun ia harus bergegas menuju sekolahnya. Pasalnya sekolah tempatnya mengenyam pendidikan sejauh 5 km. Tentu jika berjalan kaki memerlukan waktu yang cukup lama.767Please respect copyright.PENANAe4iFuTfiKF
767Please respect copyright.PENANA4iiU48VCZe
"Dika nggak mau sekolah, Kak." Balas adiknya kesal.767Please respect copyright.PENANAQEmJarHbYL
767Please respect copyright.PENANAOnlRoIChop
Sukses gadis itu tersentak. Tak pernah sekalipun ia pernah mendengar adiknya mengatakan itu. Namun kenapa tiba-tiba seperti ini?767Please respect copyright.PENANAZUNFPUQdEC
767Please respect copyright.PENANAreRrBOYxPA
"Dika... Kamu kenapa?" Tanyanya melembut. Ia ikut berjongkok, sembari menatap lekat wajah anak lelaki itu.767Please respect copyright.PENANAVSS2zFZcw4
767Please respect copyright.PENANAETEfEF03ji
Dika terdiam. Enggan menatap wajah kakaknya.767Please respect copyright.PENANAja4XGfYumk
767Please respect copyright.PENANA1Hh6wAmkND
"Ayo cerita ke Kakak." Pinta gadis itu lembut. Diusapnya kedua bahu adiknya.767Please respect copyright.PENANAfE6DfqrMNf
767Please respect copyright.PENANAFzTvCeloZY
Tangisan anak lelaki itu akhirnya pecah. Tangan mungilnya teracung menunjuk kedua sandal jepit lusuhnya.767Please respect copyright.PENANAEmtHb1LOxx
767Please respect copyright.PENANAgkFEeStddS
"Di sekolah teman-teman mengejek Dika, Kak. Bilang Dika make sandal jepit, bukannya sepatu. Dika malu Kak..."767Please respect copyright.PENANA5HHhp324UY
767Please respect copyright.PENANA3iyLSXjawv
Mendengar ucapan adiknya, gadis berjilbab putih itu menahan getir. Dengan segala keterbatasan mereka, hal itu bisa menjadi cemohan. Namun, adiknya tidak boleh menyerah hanya karena itu.767Please respect copyright.PENANARagCRlPR7G
767Please respect copyright.PENANAm4WkPkyq0x
"Dengarin Kakak, Ka." Dipegangnya kedua bahu adiknya. Tatapan matanya lembut namun tegas. "Kamu jangan nyerah hanya karena itu. Ingat Bapak, Ka. Bapak selalu berusaha untuk kita."767Please respect copyright.PENANAX3abRtV2il
767Please respect copyright.PENANADeVQwoJIHW
Perlahan tangisan adiknya mereda. Tatkala terbayang-bayang sosok kepala keluarga mereka. Yang bahkan sebelum kakaknya terbangun, sudah pergi mencari peruntungan dari alam. Bapak adalah satu-satunya yang mereka miliki. Dan tidak akan pernah menyerah demi tercapainya masa depan mereka yang lebih baik.767Please respect copyright.PENANAZX8ErWn0gq
767Please respect copyright.PENANAN6ckHwGSTZ
"Udah jangan nangis. Lain kali kalo kamu dengar itu, senyum aja. Anggap angin lalu. Oke, Ka?" Tanya gadis itu dengan senyuman merekah indah.767Please respect copyright.PENANAZZBtN4VYQC
767Please respect copyright.PENANAfbjCGt7vvt
Dan anggukan pelan adik kecilnya menjadi balasannya. Kedua kakak beradik itu akhirnya berjalan menuju sekolah. Dengan kantong kresek sebagai pengganti tas, dan sandal jepit kusam. Namun tak mengapa, dengan serba apa adanya, mereka tetap berhak menuntut ilmu.767Please respect copyright.PENANAv4e7bkaTJF
767Please respect copyright.PENANApU0oATieXl
Embun menggelayut di dedaunan. Kabut membentang di persawahan. Mentari perlahan naik ke atas cakrawala. Kampung masih sunyi senyap. Hanya suara tapak kaki dua kakak beradik yang terdengar membelah sunyi.767Please respect copyright.PENANAHGLURKeeAd
767Please respect copyright.PENANAzRdBf0eDUf
Perjalanan menuju sekolah memang cukup panjang. Sekolah Dasar adiknya sekitar 3 km dari rumah. Sementara sekolahnya lebih jauh lagi.767Please respect copyright.PENANA39Zvx3SLI3
767Please respect copyright.PENANAbQEsXh8C4d
Usai mengantarkan adiknya, gadis berjilbab putih itu segera menuju ke sekolahnya. Sekolahnya terletak di perbatasan kampung. SMP biasa dengan murid yang jumlahnya tiga ratusan. Walaupun begitu, gadis itu tetap bersyukur masih bisa bersekolah.767Please respect copyright.PENANABQD99NTrft
767Please respect copyright.PENANAEzwxJSQmPb
Langit semakin terang. Jalanan mulai ramai. Tak ayal, matanya menangkap satu-dua teman berseragam batik yang sama melintas dengan sepedanya. Gadis itu tersenyum. Ia kenal mereka. Salah satunya teman sekelasnya yang rumahnya lumayan dekat ke sekolah, berkisar 2 km. Dengan sepeda, tentu ia lebih cepat lagi.767Please respect copyright.PENANAsuo204lEX3
767Please respect copyright.PENANASpvbzrXcKD
'Tak apa, Kia. Bersyukur.' Peringatnya pada diri sendiri.767Please respect copyright.PENANAj4RzGNZoDD
767Please respect copyright.PENANAGrmp7RuEZ6
Berjalan riang dengan senyuman terkembang. Keterbatasan tak akan menghalanginya untuk bisa sekolah.767Please respect copyright.PENANA8RZk4srVuB
767Please respect copyright.PENANA1i5nIX0ke2
Karena ia harus punya masa depan.767Please respect copyright.PENANAa8fXqFt6Fk
767Please respect copyright.PENANAxx0o0kDjdv
arrow_back
Sekolah
more_vert
-
info_outline Info
-
toc Table of Contents
-
share Share
-
format_color_text Display Settings
-
exposure_plus_1 Recommend
-
report_problem Report
-
account_circle Login
Search stories, writers or societies
Continue ReadingClear All
What Others Are ReadingRefresh
X
Never miss what's happening on Penana!
Sekolah
Author:
Selena Agatha

ISSUE #1
Oneshoot - Sekolah
LIKES 0
READS 763
BOOKMARKS 0
Suggest Edits

Ad
Click to load the next chapter
X
After each update request, the author will receive a notification!
smartphone100 → Request update
X
Sponsor again
Click to login
Login first to show your name as a sponsor.
Thank you for supporting the story! :)
Please Login first.
×
Sekolah
Children
Short Story
Last updated: Jan 31, 2025
Total word count: 723
Total reading time: 3 Minutes
Writer:
keluarga
sekolah
saudara
Report this story
×
Write down what you like about the story
×
Reading Theme:
Font Size:
Line Spacing:
Paragraph Spacing:
Load the next issue automatically
Reset to default
×
People Who Like This