/story/98264/introvert-vs-ekstrovert/toc
INTROVERT vs EKSTROVERT | Penana
arrow_back
INTROVERT vs EKSTROVERT
more_vert share bookmark_border
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
Search stories, writers or societies
Continue ReadingClear All
What Others Are ReadingRefresh
X
G
INTROVERT vs EKSTROVERT
Ressa Safitri
Intro Table of Contents Comments (1)

Setiap orang pasti memiliki kepribadian yang berbeda-beda tentunya. Biasanya dibedakan antara ekstrovert dengan introvert. Ekstrovert itu lebih suka dengan kesosialan dan introvert lebih ke-anti sosial. Ektrovert jika bertemu dengan orang yang baru akan mudah saja untuk berkenalan, sebab hal itu bagi mereka sudah terbiasa dan tidak nyaman dengan sesuatu hal yang canggung. Berbanding terbalik dengan introvert yang merasa malu untuk memulai sebuah perkenalan, sebab intovert takut respon dari  sosial tidak sesuai dengan ekspetasinya. Bahkan introvert lebih memilih untuk berdiam saja sambil melihat dan mendengar bagaimana cara sosial berteman dengan kenalan baru mereka, seperti dirasakan oleh seorang gadis yang sudah memasuki bangku SMP.


Itu adalah aku seorang gadis yang bernama, Starla Aletta. Kehidupanku dilatarbelakangi dengan ekonomi orangtua yang dikatakan sudah sangat cukup. Akan tetapi, dalam dunia kesosialan, termasuk di lingkungan keluargaku sangat tidak mendukung. Dikarenakan kedua orangtuaku terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka hingga sangat jarang berkomunikasi dengan ku. Aku juga memiliki 2 saudara berpasangan laki-laki dan perempuan, dan aku merupakan anak bungsu. Kakak laki-laki ku orang yang dingin dan kaku. Hal itu membuat aku kurang nyaman jika bertukar cerita dengannya. Menjadi seorang yang introvert pada diriku ini diawali dari kehidupan sosial keluargaku yang kurangnya komunikasi antara aku dengan orangtua dan kakak laki-laki ku, kecuali dengan kakak perempuanku bernama Maudy Amoura. Kak Maudy saat itu sudah mahasiswa dengan jurusan psikologi. Hubungan aku dengan kak Maudy sangat erat, sebab aku jika ada masalah ataupun sesuatu hal hanya berbagi cerita dengan kak Maudy saja.


Hari besoknya.... 


Pagi itu pukul 05:00 subuh, aku bangun dari tidur untuk bersiap-siap melakukan aktivitas dari shalat, mandi, dan bersiap ke sekolah. Ketika itu, adalah hari pertamaku memasuki sekolah jenjang SMP. Yap,, aku ini termasuk siswi baru di SMP ku. Bagi aku,  hari itu termasuk hari yang tidak begitu aku sukai. Sebab, akan bertemu dengan banyak orang-orang yang baru di sana nanti. Bagaimanapun, aku akan tetap harus ke sekolah dan tidak mungkin hadir di hari pertama tersebut dan berfikir akan memperpanjang masalah jika tidak hadir nantinya. “yaudahlah yaa, jalani aja. Bismillah”, ucap batinku.


Pukul sudah menunjukkan 06:40 pagi, aku sudah siap dan berangkat menggunakan angkutan umum, yaitu angkot. Sebelum itu, tidak lupa pastinya ku berpamitan dengan kedua orangtua. “ma, pa. Starla udah siap, pamit dulu ya”, sapaku kepada kedua orangtuaku dari depan pintu kamar mereka saja. “assalamu’alaikum”, lanjutku dan dibalas oleh keduanya dengan suara serek. Benar sekali, kedua orangtua aku pagi itu melanjutkan tidur karena malamnya mereka masih bekerja hingga begadang. Setelah itu, karena menggunakan angkutan umum, jarak ke sekolah memakan waktu sekitar 25 menit-an. Sesampai di sekolah, ternyata sudah ramai dengan siswa/i baru yang lebih dominan sudah memiliki teman kenalan, tidak dengan aku yang hanya duduk di taman sekolah sambil menyaksikan pertemanan mereka. Aku pun juga kebingungan harus apa dan harus melakukan apa dengan berfikir “aku introvert”.  


Bel berbunyi "kring... Kring... Kiring...."


Perkumpulan di lapanganpun dimulai, seperti biasa adanya sepatah dua kata oleh kepala sekolah dan dari pihak lainnya. Selama 2 jam lebih di lapangan, akhirnya kelar juga dan semua siswa/i baru, diminta ke kelas yang sudah ditentukan sebelumnya. Aku pun berjalan mencari kelas dengan sendirinya, sebab saat itu masih belum mempunyai kenalan satupun. “gini amat ya kalau sulit bergaul. Nasib emang”, ucap batinku. Setelah mencheck nama di beberapa kelas 7 tersebut, namaku ada tertera di sana, kelas 7 ke-3.


Tiap-tiap kelas 7,8,9 memiliki 8 kelas di masing-masing tingkatannya. Aku pun menghela napas dan masuk perlahan ke dalam kelas tersebut, dan yaaa….. semua sesuai ekspetasiku. “pasti sudah pada banyak circle nih, duduknya berdekatan juga, isinya anak ekstrovert pasti nih. Astagaa,, dahlah pasrah aja”, ucap membantinku setelah membaca nama-nama yang tertera di kelas 7 ke-3 tersebut. Aku pastinya akan memilih bangku paling belakang dan untungnya juga kosong di sana.


Beberapa menit kedepan.... 


Salah satu guru matapelajaran masuk ke kelas ku. “assalamu’alaikum wr.wb”, ucap beliau. “wa’alaikumussalam wr.wb”, balas murid kelas 7 ke-3 dengan serentak. Seperti biasa untuk murid yang baru, tidak jauh dari kata perkenalan. Perkenalan di mulai dari beliau yang merupakan wali kelas kami, kemudian di lanjut dari belakang perkenalan secara pribadi. Aku di bangku barisan belakang dengan giliran yang ke-4 selanjutnya. “assalamu’alaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya Starla Aletta biasa di panggil Starla. Saya berasal dari Kota Jakarta. Sekian, terimakasih”. Ucapku dengan gugup. Saat aku perkenalan, beberapa mata circle di depan sebelah kiri ku kurang suka denganku. Mungkin saja hanya perasaanku. Selama perkenalan, aku menghafal nama dan wajah murid di kelas ku untuk bisa menyesuaikan saja nantinya. 


Ketika jam istirahat tiba, perasaanku kepada circle perempuan yang aku pikirkan sejak perkenalan tadi sudah tidak enak karena diantara mereka merencanakan sesuatu, sepertinya untukku. Akan tetapi, aku lebih tidak memikirkannya. Mungkin saja itu hanya perasaanku. “loh, ini perasaan kenapa ga enak ya. Atau perasaan aja? Tapi kan waktu perkenalan tadi tatapan mereka aja kayak gtu. Duuh, laper lagi. Yaudahlah bodo”, ucap batinku yang meronta-ronta. Karena aku lapar, aku berdiri dari dudukku dan berjalan melewati mereka yang menghalangi jalanku. Dan ketika itu, aku bilang “misi” merekapun melihatku dengan tatapan yang kurang suka. “yaudah, lewat aja kali”, ucap salah satu dari mereka. Aku melewatinya, akan tetapi salah satu kaki mereka langsung menangkis kakiku dengan kakinya hingga aku terjatuh ke lantai. “astaga, hati-hati kek. Segede ini kaki ga keliatan”, ucapnya kembali yang bernama Dinda Florine. Dan temannya ikut menertawakanku.


Saat itu, datang seorang cewe sendirian. Aku lihat dari wajahnya dan aku ingat dia duduk di sebelah kanan paling depan, yang namanya Liora Exceline. “gini amat dah jadi cewe. Lo beraninya berombangan sih, coba aja lakuin kayak tadi sendirian. Berani ga lo!! Ga kan? Jadi kalau ga berani, jangan suka ngebully dodol”, ucap Liora kepada Dinda dengan nada sinis. Dinda cuman bisa diam terpaku saja dengan kata-kata yang keluar dari mulut Liora. Liora pun menolongku untuk berdiri “yokla berdiri, besok-besok balas aja kalau dia lagi sendirian”, lanjut Liora kepadaku. Aku dan Liora melanjutkan beli makan ke kantin bersama. Selama makan di kantin, kita banyak cerita. Bukan kita sih, lebih ke Lioranya aja. Banyak aja bahan bicaranya menurutku. Aku menyukai pertemanan seperti ini.


Sudah menunjukkan pukul 12:10, jam pulang sekolah sudah tiba dan waktunya pulang ke rumah masing-masing. Di jalan pulang, aku tidak sendiri lagi karena sudah kenalan dengannya, Liora Exceline. Hanya kita berdua saja menuju angkutan umum di  depan mata yang sudah menanti anak sekolahan pulang. “semoga aja sefrekuensi kitanya ya”, ucapku kepada Liora yang membalas dengan senyuman tulus menurutku.


2 tahun kemudian.... 


Sudah memasuki tahun ke-2 aku melewati masa sekolah di SMP, hanya Liora seorang menjadi teman yang paling deket. Dan aku pun juga sudah sedikit terbuka dengan Liora seperti kepribadianku yang introvert ini. Dan ternyata, Liora termasuk orang yang ekstrovert bahkan sudah banyak teman yang lain mengenalinya. Liora itu juga absurd, dan banyak topik cerita yang tersimpan di otaknya. Hal itulah yang membuatku nyaman dan senang berteman dengan Liora. Liora itu cantik, baik, tulus, pintar, dan pastinya asik karena banyak teman yang lain mengajak kenalan dengannya. Akan tetapi, sebelumnya Liora sudah mengenal pribadi beberapa dari mereka dan Liora kurang suka. “aku sebelumnya sudah kenal kok sama mereka let, tapi ya gitu aku kurang suka aja sama pertemanan mereka. Soalnya salah satu dari mereka tu suka membully loh let, buktinya kamu kan kemaren itu. Nah yang teman lainnya itu ikut-ikutan juga. Aku merasa sih, yang lain itu ikut karena ajakan dari si Dindanya. Jadinya ya begitu membully orang malah ngajak yang lain. Ga berani sendirian. Cupu emang. Iya kan? Mangkanya aku tu ga terlalu acuh kali sama circle dianya”, cerita singkat Liora kepada ku. Aku pun membalas dengan kekehan kecil karna lucu melihat ekspresi kesalnya Liora. 


Dengan adanya kejadian yang tidak diinginkan seperti sebelumnya, Liora memberikan nasihat kepadaku “kamunya kan introvert nih, aku tau kamu introvert dari cerita yang pernah kamu bilang ke aku. Kan itu karena kurangnya komunikasi dengan keluargamu kan let. Nah, saran aku nih yaa,, jangan hal seperti itu membuat kamu menjadi tutup diri seperti ini let. Apalagi nih ya, saat kamu di bully sama circle Dinda. Kamunya malah diam aja. Kenapa ga di lawan, biar dia tau kalau kamu tu ga pantas untuk di bully. Udah wajar kok sebagai hak kamu untuk melawan. Di biasain sifat-sifat buruk yang berlebihan seperti itu dihilangin ya let. Mending kayak aku nih, ga ada malu-malu apalagi takut. Selagi aku yang benar, aku akan maju terus loh let. Semangat yaa! Dari hal kecil aja dulu. Kamu pasti bisa demi kenyamanan kamu juga kok”, saran Liora kepadaku dengan lembut dan penuh harapan.


Hari kelulusan.....


masa sekolah selama 3 tahun di SMP sangat banyak kenangannya dalam hidupku. Tepat sekali, aku sudah menuju titik kelulusan di jenjang SMP. Dari kelas 7 hingga kelas 9, aku hanya memiliki teman paling deket dengan Liora Exceline. Dari Liora, aku belajar banyak hal terutama untuk kebutuhan diriku sendiri. Liora adalah orang yang sangat baik menurutku, sebab berkat Lioranya, aku sudah bisa sedikit demi sedikit untuk membuang rasa introvert pada diriku ini. Semenjak dengan Liora, aku juga diajak oleh nya berkenalan dengan teman-teman Liora lainnya hingga dunia pertemananku pun juga berkembang.


Dalam ajang kelulusan di sekolah, dilakukan adanya pentas seni oleh adik kelas 7 dan 8. Untuk anak kelas 9 menggunakan dresscode gaun bagi wanita dan jas bagi pria. Seharian penuh hingga malam perpisahan itu diakhiri dengan bernyanyi bersama tentang perpisahan sambil mengenggam bahu teman sebelah. Malam itu sangat haru dan pastinya sangat bahagia bagi ku karena melakukan hal indah itu tidak sendirian, tetapi bersama-sama termasuk teman baikku Liora Exceline. “terimakasih Cel”, ucap batinku untuknya dengan sangat tulus.

Show Comments (1)
BOOKMARK
Total Reading Time: 15 minutes
toc Table of Contents
bookmark_border Bookmark Start Reading >
×


Reset to default

X
×
×

Install this webapp for easier offline reading: tap and then Add to home screen.